Beranda | Artikel
Berat Membagi Waktu untuk Belajar Agama
Sabtu, 20 Juli 2019

Kenapa Harus Belajar Agama?

Simpel sekali jawabannya. Karena belajar agama akan menjadikan siapa pun menjadi lebih baik. Sedangkan ilmu dunia bisa membawa menjadi baik tergantung dari ilmu yang dipelajari dan tujuan memanfaatkan ilmu tersebut. 

Tentang keutaman ilmu agama, ada hadits dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari, no. 71 dan Muslim, no. 1037)

Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan,

وَمَفْهُوم الْحَدِيث أَنَّ مَنْ لَمْ يَتَفَقَّه فِي الدِّين – أَيْ : يَتَعَلَّم قَوَاعِد الْإِسْلَام وَمَا يَتَّصِل بِهَا مِنْ الْفُرُوع – فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْر

“Dapat disimpulkan dari hadits tersebut bahwa siapa yang tidak memahami agama, enggan mempelajari dasar-dasar Islam dan cabang-cabangnya, maka ia diharamkan untuk mendapatkan kebaikan.” (Fath Al-Bari, 1:165). Berarti dengan mendalami ilmu diin barulah bisa jadi baik. Tanpa belajar dan tanpa mendatangi majelis ilmu, tentu tidak bisa meraih kebaikan yang diharap.

Jawaban kedua adalah dengan mempelajari ilmu agama akan membuat kedudukan seorang mukmin menjadi mulia di dunia dan akhirat. Kita bisa mengambil pelajaran dari ayat berikut,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ketika membawakan ayat di atas, Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya menyebutkan riwayat dari Imam Ahmad, bahwa Nafi’ bin ‘Abdul Harits pernah menemui ‘Umar bin Al-Khaththab di ‘Usfan. ‘Umar ketika itu memerintahkan pada Nafi’ agar bertanggungjawab pada kota Makkah. ‘Umar lantas bertanya kepada Nafi’,

مَنِ اسْتَخْلَفْتَ عَلَى أَهْلِ الوَادِي ؟

“Siapa yang engkau tunjuk untuk memimpin wilayah lembah ini?”

Nafi’ menjawab,

اِسْتَخْلَفْتُ عَلَيْهِمْ اِبْنَ أَبْزَى

“Aku memerintahkan kepada Ibnu Abza untuk bertanggungjawab pada wilayah tersebut.”

‘Umar bertanya,

وَمَا اِبْنُ أَبْزَى ؟

“Siapa gerangan Ibnu Abza?”

Nafi’ menjawab,

رَجُلٌ مِنْ مَوَالِيْنَا

“Ia adalah di antara bekas budak kami.”

‘Umar bertanya,

اِسْتَخْلَفْتُ عَلَيْهِمْ مَوْلَى ؟

“Kenapa sampai engkau menunjuk seorang bekas budak menjadi pemimpin?”

Nafi’ menjawab,

يَا أَمِيْرَ المؤْمِنِيْنَ ، إِنَّهُ قَارِئٌ لِكِتَابِ اللهِ ، عَالِمٌ بِالفَرَائِضِ ، قَاضٍ

“Wahai Amirul Mukminin. Ia itu paham kitabullah dan sangat mengilmui faraidh (masalah waris), ia juga seorang qadhi.”

Setelah mendengar itu, ‘Umar berkata, Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallamtelah bersabda,

إنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بهذا الكِتَابِ أَقْوَامًا، وَيَضَعُ به آخَرِينَ

Sesungguhnya Allah mengangkat dengan kitab ini suatu kaum, dan merendahkan yang lain karena kitab ini (yaitu Al-Qur’an).” Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim dari jalur lainnya, dari Az-Zuhri. Lihat Shahih Muslim, no. 817.

Tentang surah Al-Mujadilah ayat 11, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata,

وَاللهُ تَعَالَى يَرْفَعُ أَهْلَ العِلْمِ وَالإِيْمَانِ دَرَجَاتٍ بِحَسَبِ مَا خَصَّهُمُ اللهُ بِهِ، مِنَ العِلْمِ وَالإِيْمَانِ.

“Allah mengangkat orang yang berilmu dan beriman beberapa derajat sesuai dengan keistimewaan ilmu dan iman yang Allah anugerahkan untuknya.”

Orang Super Sibuk, Bagaimana Kiat Belajar Agama?

Kuncinya sebenarnya mudah yaitu pada manajemen waktu yang baik.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Majah, no. 3976. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih). Berarti hal-hal yang tidak manfaat ditinggalkan.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam kitabnya “Kitab Al-‘Ilmi” menyebutkan ada tiga hal yang menyebabkan penuntut ilmu agama banyak membuang-buang waktu:

  • Enggan mengulang dan muraja’ah apa yang telah ia baca dan pelajari.
  • Duduk dan nongkrong dengan teman-teman yang menghabiskan waktu tanpa faedah.
  • Sibuk dengan membicarakan orang dan membicarakan sesuatu yang tidak jelas.

Kiat Manajemen Waktu

1- Buat batasan waktu untuk setiap aktivitas setiap harinya. 

2- Yang sangat membantu dalam manajemen waktu adalah meninggalkan aktivitas yang sia-sia dan berlebihan dari yang sewajarnya. 

3- Jangan punya kebiasaan menunda-nunda, berkata, “Ah, nanti sajalah.”

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Hati-hati dengan sikap menunda-nunda. Engkau sekarang berada di hari ini dan bukan berada di hari besok. Jika besok tiba, engkau berada di hari tersebut dan sekarang engkau masih berada di hari ini. Jika besok tidak menghampirimu, maka janganlah engkau sesali atas apa yang luput darimu di hari ini.” (Dinukil dari Ma’alim fii Thariq Tholab Al-‘Ilmi, hlm. 30)

4- Memanfaatkan setiap detik waktu untuk kebaikan dan ibadah.

Coba lihat contoh para ulama di masa silam, mereka adalah orang-orang yang sangat memperhatikan waktu dengan baik.

Contoh-contohnya:

  1. Salim Ar-Razi, seorang ulama Syafi’iyah pernah mengatakan, “Aku telah membaca satu juz kitab selama perjalananku.” Itu ia lakukan dalam perjalanan pergi dan pulang ke rumahnya.
  2. Al-Hafizh Adz-Dzahabi ketika menjelaskan biografi Al-Khatib Al-Baghdadi, ia berkata, “Sudah biasa Al-Khatib itu berjalan dan ada satu juz kitab di tangannya untuk ia telaah.”
  3. Anak dari Ibnu ‘Asakir pernah menceritakan tentang bapaknya, bahwa sejak 40 tahun ia selalu sibuk bersama kitab ilmu, mushaf Al-Qur’an yang ia baca dan ia pun sibuk menghafal.
  4. Abul Wafa’ ‘Ali bin Aqil menyatakan abhwa ia sampai tidak ingin menyia-nyiakan satu detik dari umurnya. Jika ia tidak mengulang pelajaran, tidak pula memanfaatkan matanya untuk menelaah, ia berpikir di waktu rehatnya. … Subhanallah
  5. Ibnul Qayyim berkata bahwa ia mengetahui sendiri ada ulama yang sakit, pusing atau sakit demam, saat itu kitab masih berada di sisi kepalanya. Jika sadar, ia membaca buku tersebut. Jika ia tak sadarkan diri, buku tersebut tergeletak.

5- Membuat jadwal belajar.

Jadwal belajar itu mulai dari Shubuh hari. Rincian yang disarankan oleh para ulama sebagai berikut.

  1. Waktu shubuh adalah waktu untuk menghafal, lebih-lebih menghafal Al-Qur’an Al-Karim. Waktunya adalah ketika waktu sahur (menjelang Shubuh) dan setelah Shubuh. Karena ketika itu pikiran masih jernih. Menghafal saat itu sangat-sangat mudah. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan shalat Shubuh di masjid, lalu diam hingga waktu syuruq(matahari terbit). Waktu tersebut digunakan untuk menghafal dan mengulang hafalan (muraja’ah). Jika selesai dari menghafal Al-Qur’an, bisa juga digunakan untuk menghafal matan berbagai cabang ilmu seperti menghafal hadits, fikih, ilmu ushul dan bahasa Arab.
  2. Jika punya waktu untuk bekerja atau belajar di sekolah saat pagi, maka tekunilah aktivitas tersebut. Jika tidak, maka hafalan bisa dilanjutkan hingga mendekati Zhuhur. Lantas sebelum Zhuhur, ambillah waktu untuk melakukan qailulah(tidur siang sejenak). 
  3. Setelah ‘Ashar digunakan untuk muthala’ah (menelaah), membaca, belajar, menghadiri majelis ilmu, atau mengulang hafalan yang telah dihafal.
  4. Setelah Maghrib digunakan untuk menghadiri majelis ilmu. Sedangkan ba’da Isya’ digunakan untuk mengulang pelajaran atau menelaah suatu pelajaran.

Bagaimana Cara Mendalami Agama?

  1. Mulai dari menghafalkan dan memahami Al-Qur’an semampunya.
  2. Mempelajari akidah.
  3. Mempelajari fikih dari kitab dasar dalam madzhab.
  4. Mempelajari ilmu-ilmu alat seperti nahwu dan sharaf (kaedah bahasa Arab), ilmu ushul fikih, ilmu hadits.
  5. Menghiasi diri dengan mempelajari akhlak dan adab.

Ini beberapa saran dari Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab, no. 10324.

Semoga semakin semangat dalam thalabul ilmi walau Anda adalah seorang mahasiswa dengan alasan kesibukan yang banyak. Semoga Allah mudahkan.


Your brother: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel RemajaIslam.Com


Artikel asli: https://remajaislam.com/1365-berat-membagi-waktu-untuk-belajar-agama.html